Selasa, 17 Februari 2015

Semua Karena DIA

Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Semoga kalian yang sedang online blogger dalam keadaan sehat wal'afiat ya aamiin.

Disini aku cuma berbagi cerita, dari pengalaman sampai membahas suatu proses perubahan. Ya inilah cerita dan kisahku. Aku sebagai anak perempuan yang kini sudah berusia 17 tahun, pasti memiliki berbagai dan sekelumit masalah dalam kehidupanku, ya itu sudah pasti. Oke dimulai, dulu aku adalah anak yang nakal, tidak pernah mendengarkan nasehat kedua orang tuaku, dan yang pasti hidupku acak-acakan sekali waktu itu. Main keluar rumah bahkan aku pernah pulang jam setengah sepuluh dan waktu malam tahun baru aku bahkan pulang pada jam (gila) ya sebut saja begitu karena aku pulang ke rumah waktu itu pukul 01.35 WIB. Oke sangat gila, atau kurang gila?

Saat itu aku memang cenderung dibebaskan, bahkan aku sempat bergonta ganti pacar, ya PACAR. Dari yang baik ada, yang agak baik ada, yang buruk ada, yang paling buruk sudah pasti ada, dan biasanya aku dulu cenderung suka dan tertarik dengan laki-laki yang nakal, sebut saja dengan badboy. Entah apa yang membuatku tertarik akan semua hal itu. Dari nikmatnya bergonta ganti pasangan dan keindahan momennya. Sempat aku sangat mencintai pacarku, lalu karena suatu hal ia memutuskanku, dan apa yang terjadi? Dia mengembalikan semua barang-barang yang sudah aku  beri untuknya tepat malam hari didepan terasku, aku yang mengetahuinya setelah dia mengirim pesan ke ponselku langsung sontak nangis dan histeris tak karuan, mungkin setan telah merasukiku hingga ibuku menenangkanku malam itu.

Dulu aku pacaran sering main, sering sekali sampai mana-mana dan menyusuri sudut kota, rasanya bahagia dan senang. Oke kadang aku sempat terlintas bahwa yang sedang aku pacari ini adalah suamiku kelak, dan itu sangat lucu. Itu hanyalah khayalan anak ingusan sepertiku dulu. Pada tahun 2012, aku masih belum mengerti sepenuhnya tentang dunia, yang aku pikirkan hanyalah bersenang-senang dengan semua orang. Sama sekali belum ada tanggung jawab yang harus aku penuhi selama aku masih hidup ini. Tak pernah terbesit sedikitpun untuk mendekatkan diri dengan rumah, apalagi Sang Illahi, naudzubillah.

Aku pacaran dan pacaran lagi, memang hidupku kala itu hanya terisi pacaran. Sekolah pun aku tidak terlalu memikirkannya. Bahkan tak sedikit pula yang mengejudge dengan berbagai asumsi kotor, hina, dan menyinggung perasaan, tapi aku tak pernah ambil pusing. Jika iya pun aku bahkan hanya akan merenung menyesali betapa jijiknya aku, sudah, setelah itu aku pasti berpacaran lagi dan siap akan segala asumsi kotor itu lagi. Aku mengerjakan shalat, bahkan mengaji juga walau diriku sendiri belum menyadari seberapa busuknya kehidupanku waktu itu. Pada tahun 2013, aku bahkan ganti pacar lagi saat awal masuk SMA, bagiku itu sangat menantang, petualangan yang hanya bisa aku rasakan sendiri, ya memang seperti itu kenyataannya. Lagi-lagi pikiranku selalu terbesit bahwa pacar yang sedang bersamaku kini kelak akan menjadi calon imam yang baik yang bisa membimbing keluarga dengan keharmonisan dan bla bla bla segala. Entah mungkin aku terlalu cepat dewasa padahal anak-anak seusiaku saat itu acuh tak acuh akan hal yang selalu aku 'gandrungi' itu.

Sampai tahun belakangan ini, hidupku semakin berubah. Mungkin Allah sudah membukakan jalan dan arah yang lebih baik untukku. Aku semakin sadar akan perubahan yang besar dalam hidupku. Pikiranku semakin terbuka rasanya, setiap malam yang dulu hanya ku isi dengan sms/chat dengan lawan jenis kini berubah pada suatu history yang disitu menunjukkan aku sedang mencari berbagai ilmu agama lewat ponsel. Mulai dari situ aku makin banyak bertanya apa arti sesungguhnya kehidupan. Mulai mempelajari Al Qur'an kalam Allah, dan semakin takut akan semua dosa yang dulu pernah aku perbuat. Aku jadi selalu ingin tahu tentang apa itu Islam, apa itu Hadits, apa itu QS Al Isra, apa itu Ayat Kursi, apa saja yang diharamkan untuk dimakan, bolehkah wanita berhias dan masih banyak lagi. Mungkin caranya memang acak-acakan tapi semua butuh proses tidak secara instan.

Sampai pada saat ini, aku sudah sangat mantap ingin berhijrah, segala hal yang buruk aku ingin tinggalkan, segala perintahNya ingin sekali aku penuhi rasanya, karena aku ingin merasakan hijaunya surga Allah yang katanya lebih indah dari apapun. Aku jadi makin takut akan wanita yang ditusuk kemaluannya dengan besi panas asal neraka karena suka berzina, aku semakin takut akan wanita yang rambutnya diikat lalu tubuhnya dipanggang diatas bara api neraka karena sewaktu di dunia ia tak ingin mengenakan jilbab yang sudah Allah dan Rasulullah perintahkan, dan disaat itulah aku semakin takut. Mulai dari menutup aurat, yang tadinya aku bercelana jeans ketat, baju ketat walaupun panjang tapi tetap mengenakan jilbab, tapi ternyata dadaku saat itu belum tertutup, dan aku melakukan dosa besar.

Akhirnya aku memutuskan untuk benar-benar berhijrah di jalan Allah, semua ku tinggalkan demi DIA. Karena ayahku seorang ustadz juga maka dari itu aku tak ingin ayahku diseret di neraka karena kelakuanku yang kotor waktu itu. Sekarang aku selalu memakai rok, kerudung selalu aku panjangkan, baju panjang yang longgar dan tidak ketat, dan kemana-mana selalu pakai kaos kaki agar kaki tidak terlihat, mungkin seperti itulah yang dinamakan hijab secara syar'i, mudah-mudahan aku selalu seperti itu mulai dari sekarang. Aku juga sedang menahan gejolak ingin berzina. Ya, zina mata, hati, telinga, lisan, dan pikiran. Memang susah, bahkan bagiku sangat susah tapi aku ikhlas karena semua aku lakukan demi Allah. Bahkan kini aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah pacaran mulai detik ini, karena selain dosa aku juga telah mempelajari QS Al Isra ayat 32, alhamdulillah.

Jika ada laki-laki yang menyukaiku aku tak mungkin menerimanya, bahkan jika dia mengajak berpacaran, lebih baik aku menjauh.
Jadi itulah sepenggal kisah kasihku, yang awalnya sangat menjijikkan hingga aku sedang proses berhijrah ke jalan Allah. Hanya DIA satu-satunya yang aku tuju, tak ada harapan lain yang lebih aku harapkan selain DIA. Bukan aku sok suci atau aku tanpa dosa, bahkan bisa saja dosaku lebih banyak daripada dosa kalian, semoga perubahan selalu mencari ke arah kebaikan, karena perubahan yang menuju arah kebaikan itu adalah dari ALLAH SWT. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Selasa, 26 November 2013

Ingatlah Allah Selalu

Seiring dengan makin jauhnya jaman dari masa kenabian Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka semakin banyak pula kesesatan dan bid’ah yang tersebar di tengah kaum muslimin[1], sehingga indahnya sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kebenaran makin asing dalam pandangan mereka. Bahkan lebih dari pada itu, mereka menganggap perbuatan-perbuatan bid’ah yang telah tersebar sebagai kebenaran yang tidak boleh ditinggalkan, dan sebaliknya jika ada sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dihidupkan dan diamalkan kembali, mereka akan mengingkarinya dan memandangnya sebagai perbuatan buruk.
Sahabat yang mulia, Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata: “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh perbuatan-perbuatan bid’ah akan bermunculan (di akhir jaman) sehingga kebenaran (sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak lagi terlihat kecuali (sangat sedikit) seperti cahaya yang (tampak) dari celah kedua batu (yang sempit) ini. Demi Allah, sungguh perbuatan-perbuatan bid’ah akan tersebar (di tengah kaum muslimin), sampai-sampai jika sebagian dari perbuatan bid’ah tersebut ditinggalkan, orang-orang akan mengatakan: sunnah (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) telah ditinggalkan”[2].
Keadaan ini semakin diperparah kerusakannya dengan keberadaan para tokoh penyeru bid’ah dan kesesatan, yang untuk mempromosikan dagangan bid’ah, mereka tidak segan-segan memberikan iming-iming janji keutamaan dan pahala besar bagi orang-orang yang mengamalkan ajaran bid’ah tersebut.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau pada saat ini tidak sedikit kaum muslimin yang terpengaruh dengan propaganda tersebut, sehingga banyak di antara mereka yang lebih giat dan semangat mengamalkan berbagai bentuk zikir, wirid maupun shalawat bid’ah yang diajarkan para tokoh tersebut daripada mempelajari dan mengerjakan amalan yang bersumber dari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau.
Tentu saja ini termasuk tipu daya setan untuk memalingkan manusia dari jalan Allah Ta’ala yang lurus. Allah Ta’ala berfirman:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا}
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari kalangan) manusia dan (dari kalangan) jin, yang mereka satu sama lain saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)” (QS al-An’aam:112).
Bahkan setan berusaha menghiasi perbuatan-perbuatan bid’ah dan sesat tersebut sehingga terlihat indah dan baik di mata manusia, dengan mengesankan bahwa dengan mengerjakan amalan bid’ah tersebut hati menjadi tenang dan semua kesusahan yang dihadapi akan teratasi (??!!). Pernyataan-pernyataan seperti ini sangat sering terdengar dari para pengikut ajaran-ajaran bid’ah tersebut, sebagai bukti kuatnya cengkraman tipu daya setan dalam diri mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
{أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
“Apakah orang yang dihiasi perbuatannya yang buruk (oleh setan) lalu ia menganggap perbuatannya itu baik, (sama dengan dengan orang yang tidak diperdaya setan?), maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (QS Faathir:8).
Sumber ketenangan dan penghilang kesusahan yang hakiki
Setiap orang yang beriman kepada Allah Ta’ala wajib meyakini bahwa sumber ketenangan jiwa dan ketentraman hati yang hakiki adalah dengan berzikir kepada kepada Allah Ta’ala, membaca al-Qur’an, berdoa kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya yang maha Indah, dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ}
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS ar-Ra’du:28).
Artinya: dengan berzikir kepada Allah Ta’ala segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan[3].
Bahkan tidak ada sesuatupun yang lebih besar mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi berzikir kepada Allah Ta’ala[4].
Salah seorang ulama salaf berkata: “Sungguh kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia ini”, maka ada yang bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia ini?”, Ulama ini menjawab: “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya”[5].
Inilah makna ucapan yang masyhur dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – : “Sesungguhnya di dunia ini ada jannnah (surga), barangsiapa yang belum masuk ke dalam surga di dunia ini maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat nanti”[6].
Makna “surga di dunia” dalam ucapan beliau ini adalah kecintaan (yang utuh) dan ma’rifah (pengetahuan yang sempurna) kepada Allah Ta’ala (dengan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya dengan cara baik dan benar) serta selalu berzikir kepada-Nya, yang dibarengi dengan perasaan tenang dan damai (ketika mendekatkan diri) kepada-Nya, serta selalu mentauhidkan (mengesakan)-Nya dalam kecintaan, rasa takut, berharap, bertawakkal (berserah diri) dan bermuamalah, dengan menjadikan (kecintaan dan keridhaan) Allah Ta’ala satu-satunya yang mengisi dan menguasai pikiran, tekad dan kehendak seorang hamba. Inilah kenikmatan di dunia yang tiada bandingannya yang sekaligus merupakan qurratul ‘ain (penyejuk dan penyenang hati) bagi orang-orang yang mencintai dan mengenal Allah Ta’ala[7].
Demikian pula jalan keluar dan penyelesaian terbaik dari semua masalah yang di hadapi seorang manusia adalah dengan bertakwa kepada Allah Ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya:
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ}
”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS. ath-Thalaaq:2-3).
Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin dicapai kecuali dengan menegakkan semua amal ibadah, serta menjauhi semua perbuatan yang diharamkan dan dibenci oleh Allah Ta’ala[8].
Dalam ayat berikutnya Allah berfirman:
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً}
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. ath-Thalaaq:4).
Artinya: Allah akan meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta menjadikan baginya jalan keluar dan solusi yang segera (menyelesaikan masalah yang dihadapinya)[9].
Adapun semua bentuk zikir, wirid maupun shalawat yang tidak bersumber dari petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun banyak tersebar di masyarakat muslim, maka semua itu adalah amalan buruk dan tidak mungkin akan mendatangkan ketenangan yang hakiki bagi hati dan jiwa manusia, apalagi menjadi sumber penghilang kesusahan mereka. Karena semua perbuatan tersebut termasuk bid’ah[10] yang jelas-jelas telah diperingatkan keburukannya oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya semua perkara yang diada-adakan adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat, dan semua yang sesat (tempatnya) dalam neraka”[11].
Hanya amalan ibadah yang bersumber dari petunjuk al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa membersihkan hati dan mensucikan jiwa manusia dari noda dosa dan maksiat yang mengotorinya, yang dengan itulah hati dan jiwa manusia akan merasakan ketenangan dan ketentraman.
Allah Ta’ala berfirman:
{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
“Sungguh Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mensucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur-an) dan Al Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. Ali ‘Imraan:164).
Makna firman-Nya “mensucikan (jiwa) mereka” adalah membersihkan mereka dari keburukan akhlak, kotoran jiwa dan perbuatan-perbuatan jahiliyyah, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya (hidayah Allah Ta’ala)[12].
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ}
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu (al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS Yuunus:57).
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan perumpaan petunjuk dari Allah I yang beliau bawa seperti hujan baik yang Allah Ta’ala turunkan dari langit, karena hujan yang turun akan menghidupkan dan menyegarkan tanah yang kering, sebagaimana petunjuk Allah Ta’ala akan menghidupkan dan menentramkan hati manusia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya perumpaan bagi petunjuk dan ilmu yang Allah wahyukan kepadaku adalah seperti air hujan (yang baik) yang Allah turunkan ke bumi…”[13].
Ketenangan Batin yang Palsu
Kalau ada yang berkata: Realitanya di lapangan banyak kita dapati orang-orang yang mengaku merasakan ketenangan dan ketentraman batin (?) setelah mengamalkan zikir-zikir, wirid-wirid dan shalawat-shalawat bid’ah lainnya.
Jawabannya: Kenyataan tersebut di atas tidak semua bisa diingkari, meskipun tidak semua juga bisa dibenarkan, karena tidak sedikit kebohongan yang dilakukan oleh para penggemar zikir-zikir/wirid-wirid bid’ah tersebut untuk melariskan dagangan bid’ah mereka.
Kalaupun pada kenyataannya ada yang benar-benar merasakan hal tersebut di atas, maka dapat dipastikan bahwa itu adalah ketenangan batin yang palsu dan semu, karena berasal dari tipu daya setan dan tidak bersumber dari petunjuk Allah Ta’ala. Bahkan ini termasuk perangkap setan dengan menghiasi amalan buruk agar telihat indah di mata manusia.
Allah Ta’ala berfirman:
{أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
“Apakah orang yang dihiasi perbuatannya yang buruk (oleh setan) lalu ia menganggap perbuatannya itu baik, (sama dengan dengan orang yang tidak diperdaya setan?), maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (QS Faathir:8).
Artinya: setan menghiasi perbuatan mereka yang buruk dan rusak, serta mengesankannya baik dalam pandangan mata mereka[14].
Dalam ayat lain Dia Ta’ala berfirman:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا}
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari kalangan) manusia dan (dari kalangan) jin, yang mereka satu sama lain saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)” (QS al-An’aam:112).
Artinya: para setan menghiasi amalan-amalan buruk bagi manusia untuk menipu dan memperdaya mereka[15].
Demikianlah gambaran ketenangan batin palsu yang dirasakan oleh orang-orang yang mengamalkan zikir-zikir/wirid-wirid bid’ah, yang pada hakekatnya bukan ketenangan batin, tapi merupakan tipu daya setan untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah Ta’ala, dengan mengesankan pada mereka bahwa perbuatan-perbuatan tersebut baik dan mendatangkan ketentraman batin.
Bahkan sebagian mereka mengaku merasakan kekhusyuan hati yang mendalam ketika membaca zikir-zikir/wirid-wirid bid’ah tersebut melebihi apa yang mereka rasakan ketika membaca dan mengamalkan zikir-zikir/wirid-wirid yang bersumber dari wahyu Allah Ta’ala.
Padahal semua ini justru merupakan bukti nyata kuatnya kedudukan dan tipu daya setan bersarang dalam diri mereka. Karena bagaimana mungkin setan akan membiarkan manusia merasakan ketenangan iman dan tidak membisikkan was-was dalam hatinya?
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah membuat perumpaan hal ini[16] dengan seorang pencuri yang ingin mengambil harta orang. Manakah yang akan selalu diintai dan didatangi oleh pencuri tersebut: rumah yang berisi harta dan perhiasan yang melimpah atau rumah yang kosong melompong bahkan telah rusak?
Jawabnya: jelas rumah pertama yang akan ditujunya, karena rumah itulah yang bisa dicuri harta bendanya. Adapun rumah yang pertama, maka akan “aman” dari gangguannya karena tidak ada hartanya, bahkan mungkin rumah tersebut merupakan lokasi yang strategis untuk dijadikan tempat tinggal dan sarangnya.
Demikinlah keadaan hati manusia, hati yang dipenuhi tauhid dan keimanan yang kokoh kepada Allah Ta’ala, karena selalu mengamalkan petunjuk-Nya, akan selalu diintai dan digoda setan untuk dicuri keimanannya, sebagaiamana rumah yang berisi harta akan selalu diintai dan didatangi pencuri.
Oleh karena itu, dalam sebuah hadits shahih, ketika salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku membisikkan (dalam) diriku dengan sesuatu (yang buruk dari godaan setan), yang sungguh jika aku jatuh dari langit (ke bumi) lebih aku sukai dari pada mengucapkan/melakukan keburukan tersebut. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar, segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan menjadi was-was (bisikan dalam jiwa)”[17].
Dalam riwayat lain yang semakna, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Itulah (tanda) kemurnian iman”[18].
Dalam memahami hadits yang mulia ini ada dua pendapat dari para ulama:
-          Penolakan dan kebencian orang tersebut terhadap keburukan yang dibisikkan oleh setan itulah tanda kemurnian iman dalam hatinya
-          Adanya godaan dan bisikkan setan dalam jiwa manusia itulah tanda kemurnian iman, karena setan ingin merusak iman orang tersebut dengan godaannya[19].
Adapun hati yang rusak dan kosong dari keimanan karena jauh dari petunjuk Allah Ta’ala, maka hati yang gelap ini terkesan “tenang” dan “aman” dari godaan setan, karena hati ini telah dikuasai oleh setan, dan tidak mungkin “pencuri akan mengganggu dan merampok di sarangnya sendiri”.
Inilah makna ucapan sahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, ketika ada yang mengatakan kepada beliau: Sesungguhnya orang-orang Yahudi menyangka bahwa mereka tidak diganggu bisikan-bisikan (setan) dalam shalat mereka. Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Apa yang dapat dikerjakan oleh setan pada hati yang telah hancur berantakan?”[20].
Nasehat dan Penutup
Tulisan ringkas ini semoga menjadi motivasi bagi kaum muslimin untuk meyakini indahnya memahami dan mengamalkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang hanya dengan itulah seorang hamba bisa meraih kebahagiaan dan ketenangan jiwa yang hakiki dalam kehidupannya.
Allah Ta’ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ}
“Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan)[21] hidup bagimu” (QS al-Anfaal:24).
Imam Ibnul Qayyim – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – berkata: “(Ayat ini menunjukkan) bahwa kehidupan yang bermanfaat (indah) hanyalah didapatkan dengan memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka barangsiapa yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya maka dia tidak akan merasakan kehidupan (yang bahagia dan indah)…Maka kehidupan baik (bahagia) yang hakiki adalah kehidupan seorang yang memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya secara lahir maupun batin”[22].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 23 Syawwal 1431 H
Abdullah bin Taslim al-Buthoni

Jumat, 31 Mei 2013

Tetap Bersyukur

em, hari ini tuh pengumuman kelulusan buat anak2 smp yang kelas 9. dari tadi pagi cuman bisa deg2an dan nggak karuan hatinya; nggak bisa ngatasin gimana cemasnya nanti nungguin nilai keluar. tadi ayah yang ngambilin, di rumah aku cuma bisa guling2an nggak jelas, ke kanan dan ke kiri, ah aneh banget pokoknya; karena apa coba? takut sih. hampir satu jam ayah belum pulang dari jam set10 pagi tadi. setelah jam 11an, ayah pulang, dan aku udah nggak bisa nahan nangis, pengennya nangis sederes2nya. dan akhirnya, aku buka amplop yang ayah kasih ke aku, em... alhamdulillah, nilai tertinggiku 9,00. dan itu aku bersyukur banget, kalau terendahnya... em nggak usah disebutin disini kali ya, malu eh; yang penting nggak nyampe 5 ke bawah. huehehe udah dulu ya, cuma mau curhat betapa alaynya aku huehe :-)

Sabtu, 09 Maret 2013

Sukseskan aku, Ya Allah

Ya Allah, sebentar lagi aku akan menghadapi UN. dan ini untuk yang ke-2 kalinya dalam hidupku. berikanlah hamba-Mu ini kekuatan dan akal yang pandai, agar bisa lolos dalam tahap ini. Ya Allah aku selalu mengandalkan mood dan masih sering main-main dalam hal sekolah. Ya Allah aku seharusnya sadar aku sudah kelas 9, berikanlah hamba-Mu kemudahan dalam sekolah dan terutama dalam UN besok Ya Allah, jadikanlah hamba-Mu siswa yang pandai dalam semua pelajaran :')

"Radzitubillahirabba, wabil islamidinna
Wabbil muhammadinnabiya warasulla
Rabbi zidni ilma
War zukhni fahma"

Mudahkanlah hamba-Mu ini Ya Allah, jadikanlah hamba sebagai siswa dan anak yang pandai, yang bisa menyebabkan senyum kedua orang tua hamba. Amin :')

Jumat, 01 Februari 2013

Sepanjang 31 Halaman Dari 365 Halaman

Terima kasih, terima kasih untuk Januari yang lebih dari indah ini. untuk ke depannya hanya ingin yang terbaik. di Januari aku bisa mendapatkan segala memori, kenangan, senyum, sedih, bahagia, gokil, lucu dari orang2 yang aku sayang, di halaman 32 dari 365 halaman kali ini berharap untuk bisa membahagiakan orang tua, terutama untuk nilai UN. amin

Jumat, 10 Agustus 2012

101 Alasan Mengapa Wanita Harus Berjilbab

berjilbab saat ini sudah menjadi trend sttter dalam era modern. namun ada juga yang menganggap sebagai sebuah simbolisme atau bahkan ada yang menganggap tradisionalis dan kuno dan gak gaul abis. tetapi sebagai seorang muslimah ada beberapa lasan mengapa harus berjilbab.

1. Menjalankan syi’ar Islam.
2. Berniat untuk ibadah.
3. Menutup aurat terhadap yang bukan muhrim.
4. Karena saya ingin ta’at kepada Allah yang telah menciptakan saya, menyempurnakan kejadian, memberi rizki, melindungi, dan menolong saya.
5. Karena saya ingin ta’at kepada Rasul-Nya, pembimbing ummat dengan risalah beliau
6. Untuk memperoleh Ridho Allah (InsyaAllah).
7. Merupakan wujud tanda bersyukur atas nikmat-Nya yang tiada putus.
8. Seluruh ulama sepakat bahwa hukum mengenakan jilbab itu wajib.
9. Agar kaum wanita menutup auratnya.
10. Bukan karena gaya-gayaan.
11. Bukan karena mengikut trend.
12. Bukan karena berlagak sok suci.
13. Lebih baik sok suci dari pada sok zholim ^_^ .
14. Tidak sekadar bermaksud agar berbeda dari yang lain.
15. Meninggikan derajat wanita dari belenggu kehinaan
yang hanya menjadi objek nafsu semata.
16. Jilbab cocok untuk semua wanita yang mau menjaga
dirinya dari objek nafsu semata.
17. Saya ingin menjadi wanita solihah.
18. Saya tengah berusaha mencapai derajat teqwa.
19. Jilbab adalah pakaian taqwa.
20. Jilbab adalah identitas wanita muslimah.
21. Diawali dengan mengenakan jilbab, saya ingin menapak jalan ke surga.
22. Menjauhkan diri dari azab panasnya api neraka di hari kemudian.
23. Istri-istri Rasulullah berbusana muslimah.
24. Para sahabiah (sahabat Rasulullah yang wanita) juga berbusana muslimah.
25. Mereka merupakan panutan seluruh muslimah, begitu juga saya.
26. Semoga Allah memberikan kepada kita balasan jannah yang sama seperti mereka.
27. Untuk meninggikan izzah Islam.
28. Untuk meninggikan izzah (kemuliaan) diri sebagai wanita (muslimah).
29. Jilbab lebih melindungi diri.
30. Membuat saya lebih merasa aman.
31. Menjaga diri dari gangguan lelaki usil.
32. Menjaga diri dari obyek pandangan lelaki yang hanya ingin ‘cuci mata’.
33. Menjaga diri dari objek syahwat lelaki.
34. Menjaga diri dari mata lelaki yang jelalatan.
35. Menjaga diri dari tangan-tangan usil yang ingin menjamah.
36. Menghin dari zina mata dan zina hati.
37. Merupakan pencegahan dari perbuatan zina itu sendiri.
38. Jilbab dapat menghindari saya dari sikap-sikap yang negatif.
39. Jilbab dapat menghapus keinginan-keinginan yang menyimpang.
40. Membuat saya lebih bersahaja.
41. Membuat saya lebih khusyu’.
42. Mejauhkan saya dari perbuatan dosa (insyaAllah).
43. Membuat saya malu bila berbuat dosa.
44. Mendekatkan saya pada Allah.
45. Mendekatkan saya pada Rasulullah.
46. Mendekatkan saya pada nabi-nabi-Nya.
47. Mendekatkan saya pada sesama muslim.
48. Mendekatkan saya pada ajaran Islam.
49. Membuat saya tetap ingin belajar tentang Islam.
50. Membuat saya selalu merasa haus akan ajaran Islam.
51. Membuat saya tetap ingin menjalankan ajaran Islam.
52. Ajaran Islam berlaku sepanjang masa, tidak ada yang kuno.
53. Berjilbab bukan sesuatu yang kuno.
54. Mengatakan berjilbab itu kuno berarti telah menggugat otoritas Allah.
55. Allah Yang Maha Mengetahui lebih tahu apa yang terbaik bagi ummat-Nya.
56. Berjilbab, berarti menandakan kemajuan penerapan ajaran Islam di masa kini.
57. Merupakan satu barometer telah terbentuknya suatu lingkungan yang Islami.
58. Membedakan diri dari penganut agama lain.
59. Memudahkan dalam pengidentifikasian sesama saudari seiman.
60. Memperkuat tali silaturahmi dan ukuwah sesama muslimah.
61. Menghilangkan keraguan saya bila ingin menyapa saudari muslimah.
62. Memudahkan menanamkan rasa sayang-menyayangi sesama saudara/saudari seiman.
63. Membuat saya lebih terlihat anggun.
64. Membuat saya terlihat menyenangkan.
65. Membuat saya lebih terlihat wanita.
66. Tidak terlihat seperti laki-laki.
67. Membuat saya selalu berada dalam lingkungan yang Islami.
68. Jilbab menjaga saya dari pergaulan yang salah.
69. Memudahkan saya, dengan ijin Allah, mengenal lelaki yang salih.
70. Wanita yang baik (salihah) dengan lelaki yang baik (salih) pula.
71. Mudah-mudahan saya diberi jodoh lelaki yang salih.
72. Jodoh merupakan urusan Allah.
73. Dengan keta’atan pada Allah, Allah akan memberikan kemudahan-Nya.
74. Memudahkan saya dalam beraktifitas..
75. Membuat lebih mudah bergerak.
76. Jilbab menjagaku sehingga tidak terlihat lekuk-lekuk tubuh
77. Sangat repot bila memakai pakaian wanita seperti trend saat ini (yang ketat).
78. Saya tidak suka memakai celana jeans.
79. Celana jeans yang ketat dapat menyebabkan kanker rahim karena suhu di sekitar rahim tidak beraturan.
80. Menghemat waktu dalam berpakaian.
81. Menghemat waktu dalam berhias.
82. Tidak perlu repot-repot selalu berusaha mengikuti trend mode yang berkembang.
83. Menghemat biaya untuk membeli pakaian yang sedang trend.
84. Menghemat biaya untuk membeli make up.
85. Melindungi kulit wajah dari make up yang dapat merusak kulit.
86. Melindungi kulit dari sengatan sinar matahari.
87. Meminimalkan penyakit kanker kulit.
88. Sengatan matahari dapat mengurangi kelembaban kulit sehingga kulit jadi kering.
89. Meminimalkan munculnya bintik-bintik hitam pada permukaan kulit akibat perubahan pigmen di usia tertenu.
90. Melindungi rambut dari debu-debu yang berterbangan.
91. Debu-debu itu dapat mengotori rambut dan menyebabkan rambut mudah rontok yang berakibat kebotakan.
92. Menuntun saya untuk hidup lebih sederhana.
93. Menghindari hidup yang konsumtif.
94. Membuat diri tidak silau dengan kemegahan dunia dan segala perhiasannya.
95. Membuat saya lebih memikirkan hal lain selain mode dan perhiasan.
96. Menempatkan wanita menjadi subjek dalam proses pembangunan ummat.
97. Lebih mudah dalam menabung.
98. Memiliki kesempatan untuk melakukan ibadah haji.
99. Memiliki kesempatan lebih banyak untuk berinfaq dan sedekah.
100. Itu berarti lebih banyak beramal untuk bekal di hari kemudian.
101. Membuat saya merasa menjadi wanita seutuhnya.

Dibalik Makna Wanita Berjilbab

Hal-hal yg diperlukan untuk memaknai memakai jilbab adalah
1.Kenali dalilnya tentang kewajiban memakai jilbab,didalam Al-Qur'an,pelajari&maknai dalilnya agar mengerti yang diridhai Allah.
2.Yakini,,bahwa segala yang diperintahkan oleh Allah adalah yang terbaik bagi hambaNya.Ingatlah sodara semuslim apa yang dilihat baik oleh manusia itu belum tentu baik dimata Allah,dan apa yang dilihat Allah terkadang buruk dimata manusia,keburukan itu muncul karena kita tidak yakin jika pilihan Allah itu baik naadzubillah mindzalik.
3.Ikhlas,,segala sesuatu yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan mengharap ridha Allah insya Allah akan menjadi indah.Jika keikhlasan itu belum kita lakukan,,sungguh sia-sia kita memakainya karena tak mendapat ridha dari Allah SWT.
4.Taat,,artinya taat kepada perintah2 Allah SWT.Jika sudah ikhlas dalam memakai jilbab,maka akan timbul keataan dalam diri kita.Kita akan taat pada aturan yang dibuat oleh Allah melalui agama islam,sehingga kita tidak mengumbar aurat kepada mereka yang bukan muhrim.
5.Setia,,setia untuk selalu menjaga auratnya karena takut dibenci&diazab oleh Allah SWT.Dan berjanji untuk   menjaganya sampai ajal menjemputnya sehingga dia termasuk wanita yang menjadi bidadari surga bagi suaminya nanti.